Syawwal tlah tiba dan Ramadhan pun tlah berlalu, tapi ronanya masih mewarnai ingatan. dari bulan Sya'ban aku sudah membayangkan malam-malam 'itikaf di masjid favoritku, bukan berharap ramadhan cepat berlalu tapi berharap setiap malam adalah 'itikaf. ketika masjid disibukkan dengan aktifitas shalat, mengaji, shalat lagi dan mengaji lagi, subhanallah, suatu nikmat yang luar biasa bisa ikut merasakan indahnya malam bersama mereka-mereka yang luar biasa.
Ramadhanku kali ini adalah ramadhan ke-4ku setelah pertemuan pertama dengan sesuatu yang indah, Tarbiyah. masih anak baru ternyata :) dan dari tahun ketahun 'itikaf jadi agenda favoritku. tapi dari tahun ketahun juga aku hanya bisa 'itikaf 3malam saja, maklum anak dara yang masih membutuhkan izin ortu. sebenarnya, emak dan bapakku bukanlah orang yang sulit memberi izin. aku cukup gampang mengantongi izin untuk keluar rumah. kadang hanya butuh kalimat "mak nanti sita tidur dimasjid" untuk pergi mabit atau kalimat "besok kepinang ya 2hari" atau "besok ada dauroh 3hari" ketika ada dauroh atau "mak pergi ngaji ya" ketika mau ngaji atau kalimat-kalimat pemberitahuan lainnya, yups, hanya kalimat pemberitahuan. dan seandainya ada pertanyaan "mau ngapain ke masjid" kadang hanya butuh jawaban "ada deeh.. (sambil nyengir)". tapi kalo izin 'itikaf agak sedikit ribet, bukan karena orang tua gak paham, mereka paham, terutama bapakku, tapi ini masalah tradisi menyambut lebaran, yups..benar sekali.. masak-masak dan beres-beres rumah. dampaknya dari tahun ketahun aku harus puas dengan mengantongi izin hanya 3malam saja. tentang kisah yang satu ini ada ceritanya nih di FB :
Huft, "menyakitkan" hahaha..
oke baiklah, kembali ke tema tulisan ini sebenarnya, tentang catakan 'itikafku di Masjid Agung Batam...
hari Ahad kemarin, setelah beberapa pekan libur akhirnya kami mengadakan diskusi pekanan lagi. senang, bahagia, gembira rasa hati. dan tibalah pada agenda evaluasi amalan dan berbagi cerita.
temanku berkisah ketika 'itikaf beliau ketemu artis yang lagi mudik. waah ada artis 'itikaf, tilawahnya lancar, sampai-sampai temanku itu kalah cepat ketika "berlomba" membaca Al-Qur'an. "padahalkan dia artis" dan semuanya pada tertawa.
ketika tiba giliranku berkisah, kurang lebih aku mempunyai cerita yang sama dengan temanku yang merasa kalah dengan artis, tapi aku lebih tragis :D begini kisahnya...
pada malam ke (aduh lupa malam keberapa) 'itikaf, setelah menyelesaikan urusan kepanitiaan 'itikaf aku mengambil wudhu dan bergegas mencari posisi yang wuenak untuk tilawah. dan pilihanku tertuju pada sisi tengah agak kekiri di wilayah jama'ah akhwat. ketika duduk aku melihat kesebelah kiri, tak jauh dari tempatku duduk ada seorang nenek-nenek yang juga sedang tilawah. ketika sudah satu jam lebih aku tilawah kantuk pun menyerang kepala berat rasanya ingin segera rebahan. dan ketika aku tak sengaja melihat kearah nenek tua tadi, dengan nyaman beliau masih asik membaca Al-Qur'annya. timbul rasa gengsi pada diri ini akhirnya aku tahan kantuk yang menyerang dan melanjutkan tilawah, beberapa menit kemudian setelah melahap 2juz mata ini seakan tak sanggup lagi terbuka, ngantuk teramat sangat, kembali kulirik si nenek tua disebelah kiri, dan...treengg... beliau masih pada posisinya membaca Al-Qur'an. kali ini rasa gengsiku kalah dengan rasa kantuk yang termat sangat. akhirnya aku memilih untuk tidur "sebentar". entah berapa lama aku tertidur, yang jelas cukup puas :) ketika terbangun tanpa sadar yang pertama aku cari adalah si nenek itu lagi. dan... subhanallah masih dalam posisinya, membaca Al-Qur'an. aku memandanginya lama. mengukur-ukur seberapa tuakah dia. cukup tua. cukup punya alasan untuk istirahat lebih lama. bagaimana dengan aku, masih muda. menyedihkan melihat diri ini.
akhirnya, aku kembali mengambil wudhu dan melanjutkan tilawah. nenek tua itu telah memotivasiku.
kalah dengan nenek-nenek lebih tragis dari pada dengan artis. :)
ya, semoga pengalaman ini bisa memotivasiku untuk semakin giat beribadah dengan terus meluruskan niat.
0 komentar:
Posting Komentar